INILAH.COM, Bandung - Ketua Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip) Yanti Sriyulianti menilai terjadinya aksi tawuran di sejumlah daerah itu karena kurangnya tempat bertukar pendapat bagi siswa saat ada permasalahan.
"Orang tua, guru, pendidik, dan orang dewasa di sekitar anak/siswa terlalu sibuk, tapi di sisi lain mereka menuntut anak serba bisa. Yang pada akhirnya berdampak pada aksi tawuran, karena kurangnya perhatian. Di sanalah letak akar permsalah terjadinya tawuran," kata Yanti saat dihubungi INILAH.COM melalui telephonnya, Minggu (7/10/2012).
Yanti mengatakan selain itu apresiasi terhadap keberhasilan anak atau siswa masih sangat kecil, yang ditunjukkan oleh orang tua maupun pendidik.
"Maka dari itu, sudah saatnya membangun kemitraan antara orangtua, guru, sekolah, komite, penegak hukum, pelayan publik, forum anak, OSIS, masyarakat dan media, untuk menciptakan kenyamanan bagi siswa," ujarnya.
Dengan membangun kemitraan tersebut, lanjutnya, tentunya nanti akan terbangun pendidikan bermoral, yang nantinya menciptakan siswa-siswa yang cerdas serta berkualitas.
"Selain itu perlu kiranya sekolah mengoptimalkan ruang konseling, menjadikan dinding sekolah sebagai ruang display/ekshibisi bagi karya anak yg dikelola secara bergiliran dan memanfaatkan OSIS sebagai fasilitator untuk membangun gerakan siswa bersatu menuju sekolah aman," ungkapnya.
Dia juga berharap peran komite sekolah/madrasah untuk membentuk tim pengembang sekolah ramah anak dengan melibatkan siswa perempuan dan anak laki-laki.[jul]
Anda sedang membaca artikel tentang
Kurang Ruang Tukar Pendapat Siswa, Picu Tawuran
Dengan url
http://pendidikanseo.blogspot.com/2012/10/kurang-ruang-tukar-pendapat-siswa-picu.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kurang Ruang Tukar Pendapat Siswa, Picu Tawuran
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kurang Ruang Tukar Pendapat Siswa, Picu Tawuran
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar